wibiya widget

Diberdayakan oleh Blogger.
SELAMAT DATANG DI BLOG BEMF PSIKOLOGI UMB YOGYAKARTA
RSS

The Real Art of Hypnosis

The Real Art  of HypnosisFenomena hipnosis sebenarnya bukan barang baru dalam budaya Indonesia. Kekayaan budaya masyarakat Indonesia telah lama mengenal dan memanfaatkan fenomena hipnosis dalam keseharian hidup mereka. Website ini dibuat, sebagai sebuah upaya penggalian kekayaan bangsa Indonesia yang telah lama mengenal dan memanfaatkan eksplorasi pikiran bawah sadar dimana kita telah melupakannya, bahkan menganggapnya sebagai ilmu hitam atau jahat karena proses ritualnya dianggap menyimpang dari tatanan beragama dan telah beralih berkiblat pada ilmu hipnosis dunia barat.


Dalam pengalaman saya selama beberapa tahun di dunia hipnosis, justru saya sering menemui kasus – kasus yang memang tidak bisa lepas dari spiritualitas budaya Indonesia. Kebetulan domisili saya di sentra budaya jawa yaitu Jogja dan Solo, saya banyak menemui kasus – kasus dimana permasalahan psikis bahkan fisik klien sering dikait – kaitkan dengan budaya yang mereka percayai.

Sebagai seorang professional tentunya saya tidak akan terjebak dengan istilah dukun atau paranormal, sementara kesan sebagian masyarakat masih menganggap seorang yang memiliki kemampuan ekplorasi bawah sadar sama dengan seorang yang mampu melihat dimensi-dimensi alam lain. Apapun istilah yang diberikan kepada saya, sebagai “orang jawa” yang memiliki tradisi-tradisi spiritual sejak lama, melihat celah bahwa hypnosis akan menjadi sempurna ketika dua sudut pandang modern dan tradisional menjadi satu. Tentunya dengan mengakar pada etnik budaya setempat.

Masyarakat Indonesia, memiliki nilai spiritualitas budaya yang cukup tinggi, seiring dengan tingginya sugestifitas mereka dengan hal – hal yang berkaitan dengan spiritualitas mereka. Nilai ‘rasa’ bangsa Indonesia cukup tinggi untuk sensitif dengan hal – hal yang menyentuh spiritual. Walaupun disini saya tidak hanya membatasi pada wilayah budaya saja, namun pada sesuatu yang mereka percayai dan yakini.

Saya sering, menyentuh sisi spiritualitas klien dengan menyesali segala dosa kepada Tuhan. Memohon ampunanNya, dan memohon pertolonganNya, sehingga klien menjadi lebih lega karena telah melepas semua bebannya, dan menjadi merasa lebih kuat, tegar dan percaya diri pada apa yang harus dilakukannya, karena keyakinan dan kepercayaan pada Tuhan, Dzat yang Maha Kuasa diatas dirinya yang akan menolongnya.

Sebenarnya, hal itu hampir sama ketika ada seorang klien yang merasa sakit karena merasa ada sesuatu di luar dirinya yang telah mengganggunya karena klien merasa ada kekuatan gaib dalam dirinya (terlepas benar tidaknya). Ada seorang klien, yang merasa lemah, sakit dan stres, namun entah bagaimana, hanya dengan mensugesti dengan pendekatan spiritualitas yang sesuai dengan keyakinannya, ternyata klien menjadi lebih kuat, lebih sehat bahkan lebih tenang dan bahagia.

Hypnosis adalah seni mempengaruhi dengan memanfaatkan sugestifitas klien. Padahal sebenarnya bangsa Indonesia memiliki sugestifitas yang lebih tinggi lagi dibanding bangsa barat yang lebih mengedepankan rasio dan logika. Dan hal tersebut dapat dilakukan, sepanjang seorang terapist dapat mengetahui titik sugestifitasnya. Yaitu salah satunya dari keyakinan spiritual yang dimilikinya.

Seorang klien, akan lebih mudah masuk dalam kondisi trance dan hanyut dalam emosi yang kita inginkan ketika masuk dalam wilayah rasa dan spiritual yang kental dengan sosial budaya mereka. Dalam penanganan yang sering saya lakukan, ternyata pendekatan KeTuhananlah yang sangat sesuai untuk menghadapi kasus – kasus klien. Seorang klien ketika dihadapkan pada Tuhan, pastinya ia akan menganggap bahwa Dia adalah Dzat yang Maha Kuasa dibandingkan dzat – dzat yang lain.

Dan luar biasanya, seorang klien yang memiliki sugestifitas yang tinggi ketika disentuh dengan nilai KeTuhanan, justru dapat membangun dirinya untuk menjadi lebih baik, lebih tegar, lebih termotivasi, lebih sehat, dan lain sebagainya. Sama halnya, dengan nilai keTuhanan jugalah yang membuat klien merasa aman dari gangguan dzat atau makhluk lain di luar dirinya (baik makhluk gaib atau manusia jahat di sekitarnya). Sehingga klien akan tetap merasa aman, merasa sehat dan merasa tenang. Sebagai contoh, klien menjadi merasa aman dari gangguan sesuatu yang jahat, seperti sihir, gendam, pelet, teluh ataupun dari kekhawatiran perampok, pengkhianat dan lain sebagainya.

Website ini dibuat, sebagai sebuah upaya penggalian kekayaan bangsa Indonesia yang telah lama mengenal dan memanfaatkan eksplorasi pikiran bawah sadar sejak lama dan telah beralih berkiblat pada ilmu hipnosis dunia barat. Padahal pada beberapa teknik atau skrip sugesti yang ditawarkan oleh hipnosis barat ada yang kurang pas dengan budaya bangsa Indonesia. Sehingga dalam perjalanan di dunia hipnosis, saya mencoba mengembangkan dan menyesuaikan dengan etnik budaya bangsa Indonesia.

Dalam website ini, saya tidak akan menggiring pembaca untuk memilih atau membedakan antara yang baik atau buruk, yang hitam atau putih antara hipnosis dari budaya kita yang sering disebut hipnosis tradisional atau hipnosis timur atau hipnosis dari barat yang sering disebut hipnosis modern.

Namun melalui website ini, kita dapat lebih mengenal kehebatan kekayaan budaya Indonesia, yang telah menggali dan mengeksplorasi pikiran bawah sadar (sub conscious) disamping kita dapat menjelaskan dan memaparkan hipnosis modern, yang nantinya praktisi dapat memadukan minimal memahami kedua aliran hipnosis tersebut dengan tujuan yang utama yaitu untuk kebaikan manusia. Karena memang hpnosis adalah sebuah seni, namun yang lebih utama adalah untuk kesembuhan dan kebaikan klien.

Hipnotis = Alamiah

Setiap orang pernah mengalami kondisi hipnosis karena memang hipnosis merupakan fenomena yang alamiah. Hipnosis sama halnya ketika anda mengalami pengalaman – pengalaman seperti ini:

  • Anda menonton sinetron, hingga anda terhanyut sampai anda ikut menangis ketika tokoh idola anda dianiaya.
  • Anak anda asyik main game play station, hingga anak anda lupa waktu.
  • Anda asyik membaca buku, hingga tidak mendengar ketika dipanggil teman anda.
  • Anda tidak merasa sakit tergores kaki anda sampai berdarah, ketika anda berjalan dan asyik dengan sesuatu yang anda kerjakan.
  • Dalam tidur anda bermimpi, sehingga dalam mimpi anda menganggap apa yang anda hadapi adalah nyata.
  • Anda khusyu’ dalam doa dan dzikir yang membuat anda hanya fokus pada Tuhan anda.
  • Anda meditasi, hingga merasakan diri anda seperti terbang (lavitasi)

Trance adalah fenomena yang normal dan alami, dalam kehidupan sehari-hari semua orang sering mengalami trance tanpa disadari, yaitu ketika sedang menonton film yang menarik, menyetir mobil, membaca buku, bekerja di depan komputer dll. Ormond Mc Gill seseorang yang dijuluki Dekan Hipnosis Amerika mengatakan ”Tidak mudah memberi pengertian tentang HIPNOSIS, namun HIPNOSIS tak ubahnya seperti listrik, sedikit orang yang bisa menjelaskannya dengan mudah, namun yang jelas listrik memiliki DAYA yang dapat dimanfaatkan”. Dari hal tersebut, kita bisa lebih menempatkan bahwa fenomena hipnosis bukanlah hal yang mistis atau melibatkan sesuatu hal yang gaib.

Hipnotis = Ilmiah

Hipnosis didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran dimana fungsi analisis logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar (sub-conscious / unconcious), di mana tersimpan beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas hidup. Individu yang berada pada kondisi hipnotic atau “hypnotic trance” lebih terbuka terhadap sugesti dan dapat dinetralkan dari berbagai rasa takut berlebihan (phobia), trauma ataupun rasa sakit. Individu yang mengalami hipnosis masih dapat menyadari apa yang terjadi di sekitarnya berikut dengan berbagai stimulus yang diberikan oleh therapist.

Terapi hipnosis (hypnotherapy) kini merupakan fenomena ilmiah, namun hingga kini masih belum terdapat definisi yang jelas, bagaimana sebenarnya mekanisme kerja hypnotherapy. Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa hypnotherapy menstimulir otak untuk melepaskan neurotransmiter, zat kimia yang terdapat di otak, encephalin dan endhorphin yang berfungsi untuk meningkatkan mood sehingga dapat merubah penerimaan individu terhadap sakit atau gejala fisik lainnya.

Sementara menurut Profesor John Gruzelier, seorang pakar psikologi di Caring Cross Medical School, London, guna menginduksi otak dilakukan dengan memprovokasi otak kiri untuk non aktif dan memberikan kesempatan kepada otak kanan untuk mengambil kontrol atas otak secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat otak fokus pada suatu hal secara monoton menggunakan suara dengan intonasi datar (seolah-olah tidak ada hal penting yang perlu diperhatikan).

Secara umum mekanisme kerja hypnotherapy sangat terkait dengan aktivitas otak manusia. Aktivitas ini sangat beragam pada setiap kondisi yang diindikasikan melalui gelombang otak yang dapat diukur menggunakan alat bantu EEG (Electro Encephalo Graphs). Berikut diuraikan berbagai gelombang otak disertai dengan aktifitas yang terkait:

1. Beta ( 14 - 25 Hz) (normal)

Gelombang otak Beta dominan terjadi pada seseorang yang sedang melakukan aktifitas : Atensi, kewaspadaan, kesigapan, pemahaman, kondisi yang lebih tinggi diasosiasikan dengan kecemasan, dan ketidak nyamanan.

2. Alpha (8 – 13 Hz) (meditatif)

Gelombang otak Alpha dominan terjadi pada seseorang yang sedang melakukan aktifitas : Relaksasi, pembelajaran super, fokus relaks, kondisi trance ringan, peningkatan produksi serotonin, kondisi pra-tidur, meditasi, awal mengakses pikiran bawah sadar (unconscious).

3. Theta (4 – 7 Hz) (meditatif)

Gelombang otak Theta dominan terjadi pada seseorang yang sedang melakukan aktifitas : Tidur bermimpi (tidur REM/Rapid Eye Movement), peningkatan produksi catecholamines (sangat vital untuk pembelajaran dan ingatan), peningkatan kreatifitas, pengalaman emosional, berpotensi terjadinya perubahan sikap, peningkatan pengingatan materi yang dipelajari, hypnogogic imagery, meditasi mendalam, lebih dalam mengakses pikiran bawah sadar (unconscious).

4. Delta (0,5 – 3 Hz) (tidur lelap)

Gelombang otak Delta dominan terjadi pada seseorang yang sedang melakukan aktifitas : Tidur tanpa mimpi, pelepasan hormon pertumbuhan, kondisi non fisik, hilang kesadaran pada sensasi fisik, akses ke pikiran bawah sadar (unconscious) dan memberikan sensasi yang sangat mendalam ketika diinduksi dengan holosinc.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PENGERTIAN PENDIDIKAN


Pengertian Pendidikan

Crow (dalam Supriyatno, 2001) mengatakan bahwa pendidikan diinterpretasikan dengan makna untuk mempertahankan individu dengan kebutuhan-kebutuhan yang senantiasa bertambah dan merupakan suatu harapan untuk dapat mengembangkan diri agar berhasil serta untuk memperluas, mengintensifkan ilmu pengetahuan dan memahami elemen-elemen yang ada disekitarnya. Pendidikan juga mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai akibat dari partisipasi individu dalam pengalaman-pengalaman dan belajar.

Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sikapnya (Thompson, 1993). Sedangkan Darnelawati (1994) berpendapat bahwa pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah yang berlangsung secara teratur dan bertingkat mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat. Tujuan pendidik adalah untuk memperkaya budi pekerti, pengetahuan dan untuk menyiapkan seseorang agar mampu dan trampil dalam suatu bidang pekerjaan tertentu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.

Rujukan Buku :

Supriyatno, 2001, Perbedaan Tingkat Kecemasan Menghadapi Kecenderungan Impotensi Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan, Skripsi (Tidak Diterbitkan), Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

semangat kerja bagi karyawan


Persaingan dunia usaha yang semakin meningkat, menuntut perusahaan-perusahaan terus membenahi diri dengan meningkatkan mutu dan kualitas output dari perusahaan itu, cara dilakukan untuk meningkatkan out put adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di perusahaan itu sendiri. Salah satu aspek penting dalam sumber daya manusia adalah semangat kerja. Pada dunia kerja, semangat kerja sangat penting mengingat hal tersebut dapat mempengaruhi produktivitas kerja pegawai. Kebosanan kerja bisa terjadi bukan saja pada pekerja di tingkat bahwa (Frontliner) tetapi juga bisa melanda para pekerja di tingkat atas (managerial level). Oleh karena itu banyak perusahaan yang melakukan berbagai upaya pencegahan.

Kossen (dalam Kurniawati, 2002) mengemukakan bahwa sikap karyawan yang berkaitan dengan kondisi semangat kerjanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: organisasi itu sendiri, aktivitas-aktivitas kerja karyawan itu sendiri, sifat dari pekerjaan, teman-teman sejawat, pimpinan mereka, konsep diri, dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan mereka.

Sedangkan menurut Flippo (dalam Kurniawati, 2002) faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya semangat kerja, antara lain: upah kerja, keamanan kerja, kondisi fisik kerja, penghargaan terhadap pekerjaan yang dilakukan, pimpinan yang mampu dan adil, kesempatan untuk maju dan mengembangkan diri, kecocokan dan keserasian dengan rekan kerja, keuntungan baik fisik maupun psikis, status sosial yang diterima karyawan dan kegiatan yang bermanfaat bagi karyawan.

Semangat kerja sangat penting dalam segala aktivitas kerja, bahkan semangat kerja akan menentukan lancar-tidaknya atau berkembang-tidaknya suatu perusahaan. Oleh sebab itu setiap organisasi kerja atau perusahaan harus menjaga agar semangat kerja itu tetap tinggi. Namun hal tersebut bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap kondisi semangat kerja.

Dari dua pendapat Kossen dan Flippo di atas menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja beragam mulai dari faktor dalam organisasi, aspek psikologis individu, interaksi dan komunikasi dengan rekan sekerja, atasan, serta aspek dari pekerjaan itu sendiri, seperti beban kerja dan gaji yang diberikan pada karyawan.

Seorang karyawan yang memiliki semangat kerja yang baik tentunya akan memberikan sikap yang positif seperti kesetiaan, kegembiraan, kerja sama, kebanggaan dalam dinas dan ketaatan dalam kewajiban. Berbeda dengan karyawan yang memiliki semangat kerja yang rendah, karena karyawan tersebut cenderung menunjukkan sikap yang negatif seperti suka membantah, merasa gelisah dalam bekerja dan merasa tidak nyaman.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

media pornografi


Pornografi dapat menggunakan berbagai media — teks tertulis maupun lisan, foto-foto, ukiran, gambar, gambar bergerak (termasuk animasi), dan suara seperti misalnya suara orang yang bernapas tersengal-sengal. Film porno menggabungkan gambar yang bergerak, teks erotik yang diucapkan dan/atau suara-suara erotik lainnya, sementara majalah seringkali menggabungkan foto dan teks tertulis. Novel dan cerita pendek menyajikan teks tertulis, kadang-kadang dengan ilustrasi. Suatu pertunjukan hidup pun dapat disebut porno (dalam Muntaqo, 2006).

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa media-media sebagaimana disebut diatas atau alat apapun dapat menjadi sarana atau perantara sebagai perwujudan hasrat maupun aktivitas seksualitas seseorang.

Hindari Pornografi

Hindari Pornografi

Belakangan istilah pornografi digunakan untuk publikasi segala sesuatu yang bersifat seksual, khususnya yang dianggap berselera rendah atau tidak bermoral, apabila pembuatan, penyajian atau konsumsi bahan tersebut dimaksudkan hanya untuk membangkitkan rangsangan seksual. Sekarang istilah ini digunakan untuk merujuk secara seksual segala jenis bahan tertulis maupun grafis. Istilah pornografi seringkali mengandung konotasi negatif dan bernilai seni yang rendahan, dibandingkan dengan erotika yang sifatnya lebih terhormat. Istilah eufemistis seperti misalnya film dewasa dan video dewasa biasanya lebih disukai oleh kalangan yang memproduksi materi-materi ini.

Kadang-kadang orang juga membedakan antara pornografi ringan dengan pornografi berat. Pornografi ringan umumnya merujuk kepada bahan-bahan yang menampilkan ketelanjangan, adegan-adegan yang secara sugestif bersifat seksual, atau menirukan adegan seks, sementara pornografi berat mengandung gambar-gambar alat kelamin dalam keadaan terangsang dan kegiatan seksual termasuk penetrasi. Di dalam industrinya sendiri dilakukan klasifikasi lebih jauh secara informal. Pembedaan-pembedaan ini mungkin tampaknya tidak berarti bagi banyak orang, namun definisi hukum yang tidak pasti dan standar yang berbeda-beda pada penyalur-penyalur yang berbeda pula menyebabkan produser membuat pengambilan gambar dan penyuntingannya dengan cara yang berbeda-beda pula. Mereka pun terlebih dulu mengkonsultasikan film-film mereka dalam versi yang berbeda-beda kepada tim hukum mereka.

Batasan tentang Porno.
Berbagai faktor yang menimbulkan perbedaan dalam memahami terminologi porno merupakan bahan pertimbangan untuk merumuskan batasan-batasan atau pengertian yang tepat sesuai dengan konteks Indonesia. Keberagaman dalam konteks Indonesia baik suku, agama, budaya, ras, maupun tingkat pendidikan harus disikapi secara hati-hati, arif dan bijaksana. Tidak mungkin merumuskan persoalan tersebut hanya dengan dilihat dalam satu perspektif saja, semua ini harus dilakukan agar perumusan batasan-batasan tersebut dapat diterima oleh semua pihak sehingga kesimpulan yang diambil pun bersifat komprehensif dan integral. Kesimpulan yang melibatkan wacana keberagaman, baik agama, kultur, etnik, dan perspektif justru akan memperkaya wacana dan perspektif untuk kemudian dapat diambil kesimpulan yang disepakati dan sesuai dengan konteks Indonesia.

Jika dilihat dari berbagai faktor, batasan-batasan, serta jika dilihat dalam perspektif hukum. Terdapat beberapa hal yang disepakati, diantaranya adalah bahwa porno selalu berkaitan dengan persoalan seksual, lebih dari itu disebut porno jika tampilan tersebut bertujuan untuk merangsang nafsu birahi. Lesmana (dalam Muntaqo, 2006) memberikan beberapa kriteria untuk dapat memasukkan suatu gambar, tulisan, gerakan, atau apapun dalam kategori porno atau tidak, yaitu:

  1. Terdapat unsur kesengajaan untuk membangkitkan nafsu birahi orang lain.
  2. Bertujuan atau mengandung maksud untuk merangsang nafsu birahi (artinya, sejak semula memang sudah ada rencana / maksud dibenak pembuat atau pelaku untuk merangsang nafsu birahi khalayak atau setidaknya dia semestinya tahu bahwa hasil karyanya dapat menimbulkan rangsangan menimbulkan rangsangan dipihak lain).
  3. Produk tersebut tidak mempunyai nilai lain kecuali sexual stimulant semata-mata.
  4. Berdasarkan standar kontemporer masyarakat setempat, termasuk sesuatu yang tidak pantas diperlihatkan atau diperagakan secara umum.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

perilaku merokok dan bahayanya


Perilaku merokok nampaknya telah menjadi pemandangan sehari-hari, hampir di berbagai aktivitas sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk mensosialisasikan mengenai dampak yang ditimbulkan oleh rokok, baik pada perokok aktif maupun perokok pasif, namun nampaknya masih belum bisa memberikan kontribusi yang maksimal terhadap pengurangan perilaku merokok.

Pengertian Perilaku Merokok. Perilaku merokok adalah aktivitas individu yang berhubungan dengan perilaku merokok yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok dan fungsinya pada kehidupan sehari-hari (Komalasari dan Helmi, 2000). Pada sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 8.000 orang, para peneliti menemukan bahwa perokok ringan maupun perokok berat akan lebih mungkin memiliki kandungan albumin dalam air seni-nya dibandingkan mereka yang tidak merokok. Albumin merupakan suatu protein yang menunjukkan fungsi ginjal yang buruk .

Sedangkan menurut Joly (dalam Diantini, 2002), perilaku merokok adalah tingkah laku seseorang yang dimulai dengan membakar sebatang rokok yang terdiri dari bahan baku kertas, tembakau, cengkeh dan saus dimana terkandung nikotin dan tar kemudian menghisap asap yang berasal dari pembakaran rokok tersebut kemudian masuk ke dalam paru-paru. Lebih lanjut Joly (dalam Diantini, 2002) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah rokok yang dihisap setiap hari, maka semakin berat pula tingkah laku merokok seseorang.

Mereka yang dikatakan perokok berat adalah apabila mengkonsumsi rokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit. Perokok sedang menghabiskan rokok 11–21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi (www.e-psikologi.com, Z. Mu’tadin, 24 Mei 2007).

Akibat rokok bagi kesehatan. Angka kematian bagi perokok 70% lebih tinggi dibandingkan dengan non perokok terutama bagi pria berusia 45 – 54 tahun. Penelitian di Inggris menunjukkan jumlah perokok 25 batang setiap hari (berusia 35 tahun), 40% diantaranya akan meninggal sebelum berusia 65 tahun. Kematian wanita perokok juga menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan wanita non perokok. Perokok wanita memberikan andil yang besar terhadap kematian bayi dan lahirnya bayi prematur. Pada perokok berat, merokok dapat menyebabkan rangsangan pada papillafiliformis (tonjolan pada lidah bagian atas). Selain itu, hasil pembakaran rokok juga mudah untuk dideposit sehingga perokok akan sukar untuk merasakan rasa pahit, asin, dan manis karena rusaknya ujung sensoris dari alat perasa (taste buds) di lidah. Jumlah karang gigi yang terjadi pada perokok cenderung lebih banyak dibandingkan pada mereka yang bukan perokok.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Achievement Motivation Training (AMT)


Achievement Motivation Training (AMT) adalah sebuah program pelatihan untuk pengembangan diri khususnya dalam hal peningkatan motivasi berprestasi pesertanya. Jadi yang dikembangkan oleh Achievement Motivation Training (AMT) adalah motivasi berprestasi-nya.

Tujuan Achievement Motivation Training (AMT) ini bukan menilai kepribadian pesertanya, akan tetapi untuk membantu mengembangkan motif berprestasi pesertanya. Motif prestasi yang dikembangkan oleh Achievement Motivation Training (AMT) adalah suatu dorongan dalam diri seseorang yang membuatnya mencari kepuasan melalui usaha pencapaian yang bersifat prestatif (achieving).

Dalam dunia kerja, Achievement Motivation Training (AMT) didesain untuk membantu perusahaan dalam upaya meningkatkan kemampuan karyawannya dalam hal memotivasi diri secara efektif. Karyawan yang mampu menumbuhkan motivasi diri secara efektif akan sangat mempengaruhi kehidupan kerja sehari-hari dan kepuasan kerja. Dengan kemampuan tersebut, akan terpupuk semangat karyawan dalam beprestasi dan terus berusaha untuk memetik hasil terbaik.

Motivation Training pertama kali diperkenalkan oleh guru besar psikologi Harvard University yaitu Prof. David McClelland. Model pelatihan ini telah diuji coba terhadap berbagai sasaran peserta maupun tempat dan ternyata berhasil mendorong semangat peserta untuk berprestasi dalam bidang pekerjaan masing-masing. Motivasi ternyata dapat mendorong meningkatkan kompetensi sehingga model program ini sekaligus menciptakan kinerja tinggi melalui kombinasi peningkatan motivasi dan kompetensi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ciri-ciri Semangat Kerja yang Tinggi

Ciri-ciri yang dipakai untuk mengukur tinggi rendahnya semangat kerja yang dimiliki karyawan sebagian besar mengacu pada pendapat Maier yang menyebutkan ada empat konsep dasar yang mencerminkan semangat kerja yang tinggi yaitu, antara lain :

a. Kegairahan atau antusias (Zest, Enthusiasm). Maier mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki motivasi atau dorongan untuk bekerja, motivasi tersebut akan terbentuk bila kurang memiliki keinginan atau minat dan kegembiraan dalam melakukan pekerjaannya. Keinginan atau minat karyawan bekerja mencerminkan adanya dorongan karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan. Keinginan karyawan untuk bekerja dikatakan kuat bila karyawan melakukannya bukan karena adanya perasaan cemas.

b. Kualitas untuk bertahan (Staying Quality). Setiap orang tentu mempunyai tujuan tertentu dalam bekerja dan berusaha untuk mencapainya, makin besar usaha individu untuk mengatasi kesulitan dalam mencapai tujuannya, menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki semangat kerja yang tinggi. Maier menyatakan bahwa individu tetap berusaha mencapai tujuan semula meskipun mengalami kesulitan, ini menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki kualitas untuk bertahan.

c. Kekuatan melawan frustasi (Resistence to Frustation). Maier menyatakan bahwa kekuatan melawan frustasi berbeda dengan kualitas untuk bertahan, meskipun secara umum keduanya mencerminkan bagaimana individu tersebut menghadapi rintangan yang ditemui selama bekerja. Pada aspek ini Maier melibatkan suatu hal yang menarik untuk mengetahui semangat kerja individu, yaitu frustasi.

d. Semangat berkelompok. Semangat kerja menurut buku Multipal Personal Administration yaitu; bahwa semangat kerja adalah, sikap perorangan atau sikap kelompok dari masing-masing individu terhadap pekerjaan dan lingkungan pekerjaan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

JUDUL PENELITIAN SKRIPSI PSIKOLOGI SELURUH BIDANG KAJIAN


1. Pengaruh Pelatihan Manajemen Pernikahan Terhadap Peningkatan Kesiapan Mental
Untuk Menikah
2. Pengaruh Pelatihan Penerimaan Diri Terhadap Peningkatan Harga Diri Pada Remaja
Penyandang Cacat Tubuh Kaki
3. Pengaruh Pelatihan Pengembangan Diri (Self Development Training) Pada Harga Diri
Remaja Berprestasi Belajar Rendah
4. Pengaruh Pelatihan Resiliensi Terhadap Perilaku Asertif Pada Remaja
5. Pengaruh Positive Affectivity Dan Kecerdasan Emosi Terhadap Kebermaknaan Hidup
6. Penyesuaian Diri Pada Pensiunan Studi Kasus Pada Para Pensiunan
7. Penyesuaian Diri Pada Waria
8. Perbedaan Kecenderungan Kenakalan Remaja Yang Mengalami Pola Asuh Otoriter
Ditinjau Dari Status
9. Perbedaan Agresivitas Antara Pelajar Asli Yogyakarta Dengan Pelajar Pendatang Di
Yogyakarta
10. Perbedaan Harga Diri Remaja Ditinjau Dari Status Keluarga Bercerai Dan Keluarga Yang
Tidak Bercerai
11. Perbedaan Identitas Etnis Tionghoa Antara Mahasiswa Etnis Tionghoa Asli Dengan
Mahasiswa Etnis Tionghoa Peranakan
12. Perbedaan Intensi Prososial Pada Siswa Smu Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan Orang Tua
13. Perbedaan Kecerdasan Emosi Antara Mahasiswa Fakultas Psikologi Dengan Mahasiswa
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Di UII
14. Hubungan Antara Motif Berafiliasi Dengan Gaya Hidup Metroseksual
15. Perbedaan Kepercayaan Diri : Remaja Panti Asuhan Dhuafa Dan Remaja Panti Asuhan
Yatim Piatu
16. Perbedaan Kemampuan Konservasi Antara Anak Yang Tinggal Di Panti Asuhan Dengan
Anak Yang Tinggal Bersama Orang Tuanya
17. Perbedaan Makna Hidup Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti Werdha Dengan Yang
Tinggal Bersama Keluarga
18. Perbedaan Manajemen Konflik Antara Tipe Kepribadian Ekstrovert Dengan Introvert
19. Perbedaan Motivasi Penggunaan Obat Generik Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Pada
Pasien Rsu Pku Muhammadiyah Yogyakarta
20. Perbedaan Perilaku Konsumtiif Antara Remaja Di Daerah Wisata Dan Remaja Di Daerah
Non Wisata
21. Perbedaan Antara Persepsi Remaja Terhadap Perhatian Orang Tua Dan Kontrol Diri
Antara Remaja Merokok Dengan Yang Tidak Merokok
22. Perbedaan Tingkat Efikasi Diri Core Skills Mahasiswa Ditinjau Dari Status Keaktifan
Dalam Berorganisasi Dan Bekerja Paruh Waktu
23. Perbedaan Tingkat Kepercayaan Diri, Kontrol Diri, Tanggung Jawab, Dan Motivasi
Berprestasi Antara Remaja Pengguna Napza Dan Bukan Pengguna Napza
24. Perbedaan Tingkat Perilaku Asertif Pada Mahasiswa Yang Bersuku Jawa, Sumatera Dan
Kalimantan
25. Perbedaan Urutan Kelahiran Dalam Pengambilan Keputusan
26. Persepsi Bawahan Terhadap Kepemimpinan Laki-Laki Dan Kepemimpinan Perempuan
Pada Suatu Perusahaan
27. Prasangka Rasial Dan Perilaku Diskriminatif Pada Kelompok Pribumi Dan Etnis Tionghoa
duniapsikologi.dagdigdug.com
28. Prestasi Atlet Tae Kwon Do Diy Ditinjau Dari Kepercayaan Diri Dan Dukungan Sosial
29. Proactive Coping Mahasiswa Yang Sedang Mengerjakan Tugas Akhir Ditinjau Dari Self
Efficacy
30. Resilience Pada Korban Gempa Bumi Yogyakarta 27 Mei 2006
31. Hubungan Interpersonal Orang Tua Dan Anak Terhadap Perilaku Prososial Pada Remaja
32. Sikap Terhadap Kesetaraan Gender Pada Laki-Laki Dan Kecenderungan Melakukan
Kekerasan Terhadap Perempuan
33. Strategi Pengatasan Masalah Pada Orang Tua Pasien Leukemia
34. Studi Kasus Pada Preman Di Kawasan Industri Karawang- Jawa Barat
35. Waria -Perjalanan Hidup Dan Penyesuaian Diri (Sebuah Studi Kasus Kualitatif-
Eksploratif)
36. Intensitas Pacaran, Persepsi Cinta Dan Lamanya Waktu Penyelesaian Skripsi
37. Kebermaknaan Hidup Pada Kaum Homoseksual
38. Kebermaknaan Hidup Remaja Akhir Yang Menikah Akibat Kehamilan Di Luar Nikah
39. Kebutuhan Psikologis Remaja Akhir Yang Melakukan Body Piercing
40. Kecerdasan Emosi Di Tinjau Dari Pola Asuh Adil Jender Dan Jenis Kelamin
41. Kegemaran Bermain Game Online Pada Mahasiswa (Sebuah Penelitian Kualitatif)
42. Kemandirian Ditinjau Dari Gaya Kelekatan Aman Dan Urutan Kelahiran Pada Remaja
43. Kemandirian Remaja Akhir Ditinjau Dari Urutan Kelahiran Dan Status Sosial Ekonomi
Orangtuanya
44. Kemasakan Sosial Dan Manajemen Diri Mahasiswa
45. Ketabahan Korban Gempa Dan Tsunami Di Aceh
46. Kompetensi Interpersonal Dan Kepercayaan Diri Pada Remaja Berorganisasi Dan Tidak
Berorganisasi
47. Kondisi Psikologis Anak-Anak Yang Mengalami Post Traumatic Stress Disorder (Ptsd)
Setelah Mendapatkan Penanganan Selama 7 Bulan Pasca Tsunami Di Nanggroe Aceh
Darussalam
48. Konflik Moral Pada Anak Pasangan Beda Agama
49. Perilaku Konsumtif Ditinjau Dari Konformitas Dan Kolektivitas Pada Mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Islam Indonesia
50. Konsep Diri (Self-Concept) Pria Metroseksual
51. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Komunikasi Interpersonal Pada Remaja
52. Hubungan Kualitas Berpacaran Dengan Kepuasan Pernikahan
53. Hubungan Kualitas Komunikasi Dengan Intensi Perselingkuhan
54. Kualitas Perkawinan Individu Yang Menikah Dengan Adat Merariq Di Pulau Lombok
55. Memahami Pengaruh Diskotek Terhadap Perilaku Seksual Remaja Awal Di Kota
Yogyakarta
56. Hubungan Antara Kebermaknaan Hidup Dengan Successful Aging Pada Lanjut Usia
57. Orientasi Masa Depan Pada Remaja Gagal Bunuh Diri
58. Pengaruh Intensitas Cahaya Dan Kebisingan Terhadap Ketelitian Kerja
59. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Kinerja Atlet Billiard
60. Pengaruh Jenis Musik Terhadap Lama Berkunjung Di Perpustakaan Dengan Minat
Membaca Sebagai Variabel Moderator
61. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi Terhadap Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa
Sekolah Dasar
62. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi Terhadap Kecerdasan Emosi Anak
63. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi Terhadap Peningkatan Kemampuan Problem
Solving Pada Remaja Awal
duniapsikologi.dagdigdug.com
64. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi Terhadap Peningkatan Perkembangan Moral Anak
SD
65. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi Untuk Meningkatkan Kontrol Diri Narapidana
Kasus Narkoba Di Lapas Kelas Iia Yogyakarta
66. Pengaruh Pelatihan Keterampilan Sosial Terhadap Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Pada Remaja
67. Pengaruh Pelatihan Kognitif Perilaku Dan Penyuluhan Tentang Perilaku Merokok Untuk
Mengendalikan Perilaku Merokok
68. Pengaruh Pelatihan Manajemen Konflik Terhadap Pengambilan Keputusan Pada
Mahasiswa
69. Hubungan Antara Optimisme Dengan Problem Focused Coping Pada Mahasiswa
Pengambil Skripsi
70. Hubungan Antara Pemahaman Diri Dengan Kepercayaan Diri Pada Penyandang Cacat
Tubuh
71. Hubungan Antara Perilaku Prososial Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Remaja
72. Hubungan Antara Perilaku Prososial Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Mahasiswa
73. Hubungan Antara Persahabatan Dengan Kepercayaan Diri Pada Mahasiswa Baru
74. Hubungan Antara Persepsi Mengenai Kekerasan Psikologis Dalam Keluarga Dengan
Kecenderungan Perilaku Agresif Remaja
75. Hubungan Antara Persepsi Penerimaan Orangtua Dan Identitas Diri Dengan Agresivitas
Pada Remaja
76. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Dampak Perubahan Di Era Otonomi Daerah Dengan
Prokrastinasi Kerja
77. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pengembangan Karir Dengan Komitmen Karyawan
78. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kualitas Pelayanan Jasa Pada Kelompok Bimbingan
Ibadah Haji (Kbih) Dengan Kepuasan Konsumen Jama’ah Haji
79. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Perlakuan Orangtua Dengan Self Esteem
80. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Citra Polri Dengan Keterlibatan Kerja Pada Anggota
Polri Di Polres Wonosobo
81. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kesetaraan Jender Dengan Partisipasi Politik
Perempuan Anggota Partai Di Kabupaten Bondowoso
82. Hubungan Antara Persepsi Kualitas Magister Profesi Psikologi Uii Dengan Intensi
Mendaftar
83. Kemandirian Dalam Memilih Program Studi Ditinjau Dari Pola Asuh Otoritatif Orang Tua
(Authoritative Parenting Style)
84. Hubungan Antara Self Efficacy Akademik Siswa Dengan Pengambilan Keputusan Untuk
Memilih Jurusan Pada Siswa Smu
85. Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Perilaku Produktif Pada Penyandang Tuna Daksa
86. Hubungan Antara Sikap Demokratis Dengan Kecenderungan Perilaku Agresif Pada
Remaja
87. Hubungan Antara Sikap Terhadap Label Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan
Rokok Dengan Intensi Berhenti Merokok
88. Hubungan Antara Tahap Perkembangan Kognitif Remaja (Operational Formal) Dengan
Kemampuan Pemecahan Masalah (Problem Solving)
89. Hubungan Antara Temperamen Sulit Dengan Perilaku Sibling Rivalry Pada Anak-Anak
90. Hubungan Empati Dan Kemarahan Pada Polisi
91. Hubungan Identitas Diri Dengan Kemampuan Problem Solving Pada Remaja
92. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Inferiority Feeling Pada Remaja
duniapsikologi.dagdigdug.com
93. Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Kualitas Persahabatan Pada Remaja Akhir
94. Hubungan Antara Keterampilan Sosial Dengan Agresivitas Remaja
95. Hubungan Antara Komunikasi Remaja Dan Orang Tua Dengan Agresivitas Remaja Laki-
Laki
96. Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Remaja
97. Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Konflik Peran Ganda Pada Wanita Bekerja
98. Hubungan Pemberian Hukuman Oleh Orangtua Dengan Kecenderungan Perilaku Agresif
Pada Remaja
99. Hubungan Persepsi Orangtua Terhadap Kecacatan Anak (Tunagrahita) Dengan Pola Asuh
Permissif
100. Hubungan Antara Kemampuan Mengontrol Diri Dengan Agresivitas Pada Peserta
Kampanye Pemilu
101. Konsep Diri Berbahasa : Dimensi Psikologis Penggunaan Bahasa Pada Penutur Bahasa
Banyumasan
102. Intensitas Menonton Berita Kriminal Di Televisi Dan Kecemasan Pada Ibu Rumah Tangga
103. Hubungan Antara Dukungan Sosial Istri Dengan Kecemasan Suami Menjelang Masa
Pensiun
104. Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Depresi Pasca Melahirkan
105. Hubungan Antara Efikasi Diri Pada Tugas Akademik Dengan Kecemasan Berkomunikasi
Interpersonal
106. Hubungan Antara Fanatisme Positif Terhadap Klub Sepakbola Dengan Motivasi Menjadi
Suporter
107. Hubungan Antara Harga Diri Dengan Adversity Quotient Pada Mahasiswa Fakultas
Teknik Sipil UII
108. Hubungan Antara Harga Diri Dengan Perilaku Prososial Pada Perawat Rsu Pku
Muhammadiyah Yogyakarta
109. Hubungan Antara Harga Diri Dengan Prasangka Etnis Pada Etnis Dayak Pasca Konflik
Dayak-Madura Di Sampit
110. Hubungan Antara Intensitas Bermain Game On-Line Dengan Kecerdasan Emosi
111. Hubungan Antara Intensitas Bermain Game Online Dengan Kompetensi Sosial Pada
Remaja
112. Hubungan Antara Intensitas Berorganisasi Dengan Kemasakan Sosial Pada Mahasiswa
Aktivis
113. Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Sinetron Drama Remaja Dengan Gaya
Hidup Hedonis Pada Remaja
114. Hubungan Antara Karakteristik Pekerjaan Dengan Kreativitas Pada Tim Kreatif
Periklanan Di Yogyakarta
115. Hubungan Antara Keberfungsian Keluarga Dengan Kecerdasan Emosional Ibu
116. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dan Locus Of Control Internal Dengan Prestasi Kerja
Distributor Multi-Level Marketing (Mlm)
117. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Stres Kerja Distributor
118. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Proses Pengambilan Keputusan Pada Remaja
119. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kecenderungan Penyalahgunaan Naza
120. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Sikap Kooperatif Karyawan
121. Hubungan Antara Kelekatan Aman Dengan Kecenderungan Menggunakan Problem
Focused Coping Pada Remaja Tengah
122. Hubungan Antara Kendali Diri Internal Dan Perilaku Pengambilan Risiko Pada Polisi
duniapsikologi.dagdigdug.com
123. Hubungan Antara Kepemimpinan Transformasional Dengan Organizational Citizenship
Behavior
124. Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja Pada
Mahasiswa Prodi Psikologi Universitas Islam Indonesia
125. Hubungan Kepercayaan Diri Dan Dukungan Suami Dengan Kecemasan Menghadapi
Kelahiran Bayi Pada Wanita Hamil
126. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada
Penyandang Cacat Tunarungu
127. Hubungan Antara Kepuasan Perkawinan Dengan Agresivitas Suami Istri
128. Hubungan Antara Kepuasan Seksual Terhadap Perselingkuhan Pada Pasangan Suami-Istri
129. Hubungan Antara Kesesakan Dengan Kecemasan Dalam Komunikasi Interpersonal Pada
Remaja Di Pemukiman Padat
130. Hubungan Antara Keterbukaan Terhadap Pengalaman Dengan Kesiapan Dalam
Menghadapi Perubahan Pada Pegawai Negeri Sipil Dalam Menghadapi Otonomi Daerah
131. Hubungan Antara Ketidakjelasan Peran Dan Konflik Peran Dengan Keterlibatan Kerja
132. Hubungan Antara Ketrampilan Sosial Dengan Kecenderungan Depresi Pada Remaja
133. Hubungan Antara Kompetensi Interpersonal Dengan Kebahagiaan Anak-Anak Panti
Asuhan
134. Hubungan Antara Komunikasi Efektif Antara Remaja Dan Orangtua Dengan
Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada Remaja
135. Hubungan Antara Konflik Pada Wanita Peran Ganda Dengan Aspirasi Karier
136. Hubungan Antara Konformitas Dengan Kreativitas Remaja Putri Smk Negeri I Depok
Sleman Yogyakarta
137. Hubungan Antara Konsep Diri Dan Sikap Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja
Perokok
138. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Produktif Pada Remaja Akhir
139. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Kekerasan Fisik Pada Anak Yang Dilakukan Oleh
Ibu
140. Hubungan Antara Kualitas Persahabatan Dengan Harga Diri Pada Remaja Awal
141. Hubungan Antara Kualitas Persahabatan Dengan Kesepian Remaja Akhir
142. Hubungan Antara Locus Of Control Dengan Coping Pada Remaja
143. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi Efektif Dalam Menurunkan Agresivitas Verbal
Remaja
144. Asertivitas Wanita Jawa Ditinjau Dari Pendidikan, Usia Dan Status Pekerjaan
145. Berpikir Positif Dan Sense Of Humor Pada Mahasiswa
146. Dukungan Sosial Dan Penyesuaian Diri Perempuan Pada Masa Menopause
147. Hubungan Antara Efikasi Akademik Dengan Intensi Untuk Medaftar Program Magister
Profesi Psikologi
148. Efikasi Diri Pada Alumni Universitas Islam Indonesia Yang Sukses Dalam Persaingan
Untuk Memperoleh Pekerjaan
149. Ekplorasi Terhadap Kebijakan Yang Ramah Terhadap Wanita (Women Friendly Policy) Di
Perusahaan
150. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Produk Wayang Kulit Pada
Masyarakat Suku Jawa
151. Fear Of Success Dan Fear Of Failure Ditinjau Dari Gender Dan Need For Achievement
152. Harga Diri Anak Jalanan
153. Hubungan Antara Kemampuan Penyesuaian Diri Dengan Intensi Prososial Pada Remaja
duniapsikologi.dagdigdug.com
154. Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Guru Konselor Sekolah Dengan Minat Siswa
Untuk Mengikuti Layanan Bimbingan Dan Konseling Sekolah
155. Hubungan Antara Keyakinan Kognitif Orangtua Tentang Perkembangan Anak Dengan
Pola Asuh Demokratis
156. Hubungan Antara Komunikasi Asertif Dengan Kepuasan Pernikahan
157. Hubungan Antara Mendengarkan Musik Rock Dengan Perilaku Agresi Pada Remaja Di
Yogyakarta
158. Hubungan Antara Asertivitas Dengan Efektivitas Komunikasi Pada Penyiar Radio
159. Hubungan Antara Computer Self-Efficacy Dengan Computer Stress
160. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja
161. Hubungan Antara Dukungan Istri Dengan Stres Kerja Pejabat Struktural Pemerintah
Daerah
162. Hubungan Antara Dukungan Istri Dengan Keterlibatan Suami Dalam Pengasuhan
163. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kecenderungan Melakukan Tindakan
Kriminal Pada Narapidana Lp Wirogunan Yogyakarta
164. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja Penyandang
Cacat Tubuh
165. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kesejahteraan Psikologis Pada Ibu Yang
Memiliki Anak Retardasi Mental
166. Sikap Terhadap Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Masinis Kereta Api
167. Hubungan Antara Sensation Seeking Dengan Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa
168. Persepsi Terhadap Prinsip Bagi Hasil Dengan Minat Menabung Di Bank Syariah
169. Persepsi terhadap pengembangan karir dan motif berprestasi distributor multi level
marketing pt. Centranusa insancemerlang (cni) di yogyakarta
170. Persepsi Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Motivasi Penggunaan Alat
Proteksi
171. Persepsi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada Karyawan Yang Beresiko Tinggi
Mengalami Kecelakaan Kerja Di Pertamina Up V Balikpapan
172. Perilaku Konsumtif Pada Remaja Ditinjau Dari Intensitas Menonton Iklan Televisi
173. Perbedaan Penyesuaian Diri Di Lingkungan Kerja Ditinjau Dari Peran Jenis Kelamin Pada
Perawat
174. Perbedaan Motivasi Kerja Pada Karyawan Kontrak Ditinjau Masa Kerja
175. Perbedaan Antara Strategi Periklanan Rasional Dan Strategi Periklanan Afektif Terhadap
Minat Membeli Pada Konsumen
176. Pengaruh Tanggung Jawab Pribadi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Motif Berprestasi
Pegawai
177. Pengaruh Promosi Langsung Terhadap Minat Kuliah Di Universitas Islam Indonesia Pada
Siswa Smu
178. Pengaruh Pelatihan Kewirausahaan Terhadap Peningkatan Efikasi Diri Berwirausaha Pada
Remaja Akhir
179. Motivasi Kerja Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Shift Kerja Karyawan Rumah Sakit Daerah
180. Hubungan Frekuensi Menonton Iklan Di Televisi, Locus Of Control Eksternal, Dengan
Minat Membeli Fast Food Pada Remaja No For Sale
181. Komitmen Karyawan Sebelum Dan Pada Masa Krisis
182. Kepuasan Kerja Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Dan Iklim Organisasi
183. Kepuasan Kerja Dan Burnout Pada Polisi
184. Kemampuan Kerjasama Ditinjau Dari Kepercayaan Diri Dan Kepercayaan Terhadap Orang
Lain Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
duniapsikologi.dagdigdug.com
185. Hubungan Self Efficacy Dengan Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Tingkat Akhir
186. Hubungan Persepsi Terhadap Pelayanan Dengan Kecenderungan Pembelian Ulang
187. Hubungan Persepsi Terhadap Kepemimpinan Transformasional Dengan Kinerja Karyawan
Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur
188. Hubungan Keterlibatan Emosional Dengan Keputusan Membeli Pada Wanita
189. Hubungan Kepemimpinan Transformasional Dengan Sikap Kreatif
190. Hubungan Burnout Dengan Persepsi Disiplin Kerja Karyawan Balai Yasa Pt Kereta Api (
Persero ) Yogyakarta
191. Hubungan Aspek-Aspek Manajemen Interpersonal Kelompok Efektif Objektif (Mikeo)
Dengan Produktivitas Kerja Karyawan Bank Niaga Yogyakarta
192. Hubungan Antara Sikap Terhadap Sistem Kompensasi Bentuk Job Grade Dengan Motivasi
Kerja Karyawan
193. Hubungan antara rasa aman di tempat kerja (workplace safety) dengan stres kerja pada
karyawan pt. Asp cabang sumatera selatan
194. Hubungan antara persepsi terhadap penentuan target dengan kinerja distributor multi
level marketing pt. Centranusa insan cemerlang (cni)
195. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kondisi Fisik Lingkungan Kerja Dengan Kepuasan
Kerja Pada Perawat
196. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Keterampilan Manajerial Bagian Sumber Daya
Manusia Dengan Semangat Kerja Karyawan
197. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Budaya Perusahaan Dengan Motivasi Kerja
Karyawan
198. Hubungan Antara Persepsi Terhadap “The Telkom Way 135” Dengan Motivasi Kerja Pada
Karyawan
199. Hubungan Antara Resilience Dengan Stres Kerja Pada Karyawan Pt Telkom Divre Vi
Balikpapan
200. Hubungan Antara Persepsi Konsumen Terhadap Pramuniaga Dengan Motivasi Membeli
Produk Kecantikan
201. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kualitas Air Minum Dengan Minat Membeli Air
Minum Isi Ulang
202. Hubungan Antara Motivasi Kerja Dengan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil
203. Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bank
Indonesia Cabang Yogyakarta
204. Hubungan Antara Kewirausahaan Dengan Persepsi Terhadap Multi Level Marketing
205. Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Motivasi Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil Di
Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta
206. Hubungan antara kemampuan penyesuaian diri terhadap pekerjaan dengan stres kerja
pada karyawan di pt. Telekomunikasi indonesia, tbk
207. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Kinerja Kontekstual Karyawan Bank
Bukopin
208. Hubungan Antara Harga Diri Dengan Minat Membeli Pakaian Bermerek Pada Mahasiswi
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
209. Hubungan Antara Gaya Hidup Hedonis Dengan Minat Membeli Produk Pembersih Wajah
Two In One
210. Hubungan Antara Etos Kerja Dengan Sikap Karyawan Terhadap Perubahan Organisasi
211. Hubungan Antara Adversity Quotient (Aq) Dengan Tingkat Stres Kerja Pada Guru Sd
Negri
duniapsikologi.dagdigdug.com
212. Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Kerja Dan Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Pada
Pegawai Negeri Sipil
213. Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Yang Menggunakan Tipe
Pembelajaran Pbl (Problem Based Learning) Dan Sks (Satuan Kredit Semester)
214. Perbedaan Perlakuan Salah Pada Anak (Child Maltreatment) Ditinjau Dari Status Sosial
Ekonomi Orangtua
215. Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa Dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kbk)
Dan Siswa Dengan Kurikulum 1994 Pada Siswa Smp
216. Perbedaan Kompetensi Interpersonal Antara Siswa Sma Dengan Santri Pondok Pesantren
Salafiyyah
217. Peran Ayah Dalam Pengasuhan Dan Kelekatan Remaja Pada Ayah
218. Pengaruh Tipe Kepemimpinan Demokratis Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan
219. Pengaruh Permainan Pura-Pura Terhadap Perkembangan Berbahasa Anak Prasekolah
(Studi Eksperimental Di Tk Roudlotul Athfal Iain Sunan Kalijaga Yogyakarta
220. Pengaruh Pelatihan Sempoa Terhadap Minat Belajar Matematika Pada Siswa Kelas 3
Sekolah Dasar
221. Pengaruh Pelatihan Adversity Intelligence Terhadap Peningkatan Kebermaknaan Hidup
Pada Remaja Panti Asuhan
222. Motivasi Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Di Yogyakarta Pada Orang
Bukittinggi
223. Motivasi Belajar Ditinjau Dari Dukungan Orangtua Dan Konsep Diri Akademik Siswa
224. Metode Konsentrasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Dalam Hati
225. Memahami Motivasi Dan Strategi Coping Mahasiswi Yang Berkeluarga : Studi Kualitatif
226. Hubungan Antara Kualitas Tidur Malam Dengan Kreativitas Verbal Pada Mahasiswa
Teknik Arsitektur
227. Hubungan Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dengan Penalaran Moral Remaja
228. Hubungan Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Autoritatif Dengan Rivalitas Saudara
Kandung Pada Siswa Sekolah Dasar
229. Hubungan Curiosity Dengan Minat Membaca Pada Mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas
Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
230. Hubungan Antara Value Image Dengan Pengambilan Keputusan Mendaftar Program
Magister Profesi Psikologi Universitas Islam Indonesia
231. Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Orangtua Dengan Efektifitas Komunikasi
Interpersonal
232. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Somatisasi Pada Remaja
233. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Harapan Orangtua Dengan Motif Berprestasi
234. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Bk Dengan Minat Berkonsultasi Di Smu Islam 3
Pakem Yogyakarta
235. Hubungan Antara Internal Locus Of Control Dengan Disiplin Tata Tertib Sekolah Pada
Siswa Sekolah Menengah Umum (Smu) Muhammadiyah I Wonosobo
236. Hubungan Antara Emotion Focused Coping Dengan Prokrastinasi Akademik Pada
Mahasiswa
237. Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Tentang Kemampuan Dosen Dalam Mengajar
Dengan Motivasi Belajar
238. Hubungan Pengaturan Diri Dan Motif Berprestasi Dengan Kebiasaan Belajar Pada
Mahasiswa
duniapsikologi.dagdigdug.com
239. Hubungan Antara Kompetensi Interpersonal Dengan Perilaku Agresif Pada Siswa Smu
Negeri 9 Yogyakarta
240. Hubungan Antara Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Dengan Otonomi Pada Remaja
Putri
241. Hubungan Antara Kebiasaan Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa
242. Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Motivasi Berprestasi Akademik Pada Remaja Di
Madrasah Tsanawiyah Yogyakarta
243. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Orangtua Melakukan Homeschooling Studi Kasus
Terhadap Orangtua Yang Melakukan Homeschooling
244. Efikasi Diri Dan Intensi Menyontek Siswa Sma Muhammadiyah I Prambanan Jogjakarta
245. Efektivitas Pelatihan Peningkatan Peran Guru Dalam Memberikan Bimbingan Kepada
Siswa
246. Dengan Ajaran Agama, Aku Makin Bahagia Studi Kualitatif Kualitas Perkawinan Individu
Yang Menikah Tanpa Pacaran Non Perjodohan
247. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Masyarakat Terhadap Kyai (Studi
Kualitatif)
248. Hubungan Antara Keteraturan Menjalankan Shalat Wajib Dengan Kontrol Diri
249. Hubungan Antara Emotional Spiritual Intelligence (Esi) Dengan Problem Solving Pada
Guru Kaitannya Dengan Profesionalisme Guru Dalam Proses Belajar-Mengajar
250. Hubungan Antara Inteligensi Dengan Religiusitas
251. Hubungan Antara Intensitas Berpuasa Sunnah Dengan Kontrol Diri Pada Remaja
252. Hubungan Antara Intensitas Dzikir Dengan Kontrol Diri Pada Remaja
253. Hubungan Antara Intensitas Menonton Film Religius Dengan Tingkat Religiusitas Pada
Mahasiswa
254. Hubungan Antara Keberfungsian Keluarga Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Mahasiswa
255. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Dengan
Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada Remaja Pertengahan
256. Hubungan Antara Kecerdasan Ruhaniah Dengan Kebingungan Identitas Diri Remaja
257. Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Motivasi Kerja Karyawan
258. Hubungan Antara Kematangan Beragama Dengan Penerimaan Diri Pada Remaja
259. Hubungan Antara Nilai Hidup Dengan Agresivitas Remaja
260. Hubungan Antara Orientasi Religius Dengan Kepercayaan Diri Pada Penyalahguna Napza
Pasca Rehabilitasi
261. Hubungan Antara Positive Religious Coping Style Dengan Penerimaan Diri Pada Survivor
Gempa Yogyakarta
262. Hubungan antara orientasi religius intrinsik dengan tingkat kepuasan pernikahan
karyawan pt. Telkom divre iv purwokerto
263. Hubungan antara orientasi religius. Dengan tingkat agresivitas pada mahasiswa universitas
islam indonesia yogyakarta
264. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Perselingkuhan
265. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecenderungan Burn Out Pada Guru Wanita Smu
266. Hubungan Antara Religusitas Dengan Manajemen Konflik Pada Remaja
267. Hubungan Antara Spiritualitas Dengan Proactive Coping Pada Survivor Bencana Gempa
Bumi Di Bantul
268. Hubungan Antara Spiritualitas Dengan Pola Asuh Demokratis
269. Hubungan Antara Kualitas Mimpi Dengan Manajemen Diri Pada Mahasiswa Fakultas
Psikologi UII
270. Hubungan Antra Kualitas Dzikir Dan Kecemasan Pada Santri
duniapsikologi.dagdigdug.com
271. Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Etika Kerja Islam Pada Karyawan Bank Syariah
272. Hubungan Orientasi Religi Intrinsik, Empati Dan Intensi Aksi Solidaritas Pada Anggota
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (Kammi) – Diy Komisariat Universitas Islam
Indonesia
273. Hubungan Religiusitas Dengan Kecerdasan Emosional Pada Remaja
274. Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Kecemasan Isteri Abri Yang Ditinggal Suami Ke
Daerah Konflik
275. Kebermaknaan Hidup Pada Istri Yang Suaminya Berselingkuh
276. Kecerdasan Ruhaniah Dan Sikap Terhadap Kontes Kecantikan Pada Mahasiswa Muslim
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
277. Konsep Pola Asuh Keluarga Muslim
278. Pengaruh Peer Group Sebagai Group Reference Terhadap Minat Beragama Pada Remaja
Muslim
279. Pengaruh Pelatihan Manajemen Qalbu Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan
280. Pengaruh Pelatihan Manajemen Qolbu Terhadap Peningkatan Adversity Quotient
281. Pengaruh Pelatihan Pengenalan Diri Melalui Al-Qur’an Terhadap Kecerdasan Emosi
282. Pengetahuan Agama Tentang Pergaulan Antar Jenis Kelamin Dan Sikap Terhadap Hidup
Bersama Sebelum Menikah Pada Mahasiswa Muslim
283. Pengetahuan Hukum Perkawinan Islam Dan Sikap Terhadap Perkawinan Antar Agama
Pada Mahasiswa Muslim
284. Pengetahuan Poligami Dalam Islam Dan Sikap Terhadap Poligami Pada Wanita Muslim
285. Perbedaan Prasangka Sosial Pada Non Muslim Antara Mahasiswa Perguruan Tinggi Umum
Dan Perguruan Tinggi Agama Di Yogyakarta
286. Perbedaan Religiusitas Antara Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu (Sdit) Dan Siswa
Sekolah Dasar Negeri
287. Perbedaan Tingkat Kebermaknaan Hidup Ditinjau Dari Aktivitas Dugem Di Yogyakarta
288. Kuputusan Menjadi Muslim Studi Kasus Terhadap Pengambilan Keputusan Pada Mu’allaf
289. Religiusitas Dan Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Akhir Nasional (Uan) 2006 Pada
Siswa Smu
290. Religiusitas Remaja Aceh Korban Bencana Tsunami Pasca 1 Tahun
291. Spiritualitas Sebagai Salah Satu Critical Factor Keberhasilan Wirausaha
292. Tema-Tema Pengalaman Keagamaan Konselor (Studi Eksplorasi Pada Penanganan Klien)
293. Hubungan Afek Positif Dengan Kontrol Diri Dalam Menjalankan Diet Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe II
294. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Pada Pasien Anak Rawat Inap
295. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Pada
Remaja Penyalahguna Napza Selama Menjalani Rehabilitasi
296. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Pada Anak Keluarga Korban
Daerah Operasi Militer (Dom) Aceh
297. Hubungan Antara Harga Diri Dan Efektivitas Komunikasi Suami Istri Dengan Kecemasan
Suami Yang Istrinya Berpenghasilan Lebih Tinggi
298. Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kecenderungan Fobia Sekolah Pada Anak Sekolah
Dasar
299. Hubungan Antara Informasi Tentang Menopause Dengan Kecemasan Menghadapi
Menopause
300. Hubungan Antara Kecenderungan Kepribadian Introvert Dengan Tingkat Depresi Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II
301. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Kecemasan Pada Wanita Hamil Pertama
duniapsikologi.dagdigdug.com
302. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pada
Siswa Kelas Iii Smu
303. Hubungan Antara Kesehatan Mental Dengan Kecenderungan Perilaku Agresif Pada
Mahasiswa Dalam Aksi Demonstrasi
304. Hubungan Antara Keterampilan Sosial Anak Dengan Kecemasan Masuk Sekolah
305. Hubungan Antara Kondisi Stress Dengan Persepsi Kesulitan Tidur Pada Mahasiswa
306. Hubungan Antara Konflik Orangtua Dengan Depresi Pada Remaja
307. Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional
308. Hubungan Antara Konsep Diri Dan Ketergantungan Dengan Kecenderungan Anoreksia
Nervosa Pada Remaja Putri
309. Hubungan Antara Manajemen Diri Dengan Tingkat Kecemasan Pada Penderita Hipertensi
310. Hubungan Antara Negative Moods Dengan Intensi Menunda Tugas-Tugas Akademik
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia
311. Hubungan Antara Persepsi Remaja Terhadap Peran Ayah Dengan Kestabilan Emosi
312. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pemberitaan Media Massa Mengenai Malpraktek
Dengan Kecemasan Berobat Ke Dokter
313. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Rancangan Undang Undang Anti Pornografi Dan
Pornoaksi Dan Stres Pada Perempuan Pekerja Seni
314. Hubungan Religiusitas Dengan Motivasi Kesembuhan Pada Pasien Penderita Tuberculosis
315. Hubungan Antara Respon Terhadap Premenstrual Syndrome (Pms) Dengan Persepsi
Terhadap Kinerja Pada Wanita Bekerja
316. Hubungan Antara Sense Of Humor Dengan Stres Pada Perawat
317. Hubungan Antara Sikap Terhadap Kebersihan Dengan Kecemasan Pada Demam Berdarah
318. Hubungan Antara Stress Dan Lamanya Masa Menjalani Tahanan Dengan Tingkat
Agresivitas Narapidana
319. Hubungan Antara Tingkat Neurotisisme Dengan Stres Pada Guru Sekolah Menengah
Pertama
320. Hubungan Cinderella Complex Dengan Sikap Terhadap Tindak Kekerasan Dalam Rumah
Tangga
321. Hubungan Harga Diri Dengan Tingkat Depresi Pada Remaja Santri Pondok Pesantren
322. Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kecemasan Menghadapi Pertandingan Olah Raga
323. Hubungan Kemandirian Ditinjau Dari Kematangan Emosi Dan Status Sosial Ekonomi
Orangtua Pada Siswa-Siswi Kelas Viii Smp Negeri 3 Sleman
324. Hubungan Tipe Kepribadian Ekstravert Dengan Adversity Quotient Pada Ibu Bekerja
325. Kecerdasan Emosional Ditinjau Dari Pendidikan Musik Dan Jenis Kelamin
326. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Kecenderungan Neurotis Pada Remaja
327. Kestabilan Emosi Ditinjau Dari Identitas Diri Pada Remaja Akhir
328. Keyakinan Terhadap Kesehatan Pada Remaja Perokok
329. Konsep Diri Dan Kepercayaan Diri Penderita Hiperhidrosis
330. Penerimaan Diri Wanita Penderita Kanker Payudara Ditinjau Dari Kepribadian Tahan
Banting (Hardiness) Dan Status Pekerjaan
331. Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif Terhadap Inferiority Feeling Pada Remaja
332. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosi Terhadap Stres Kerja Karyawan
333. Pengaruh Persuasi Melalui Penggunaan Buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” Terhadap
Penurunan Intensi Merokok Pada Remaja
334. Peran Sugesti (Craving) Dalam Pencapaian Kondisi Clean And Sober (Bersih Dan Waras)
Pecandu Narkotika
335. Perbedaan Kecemasan Terhadap Malpraktek Dokter Di Tinjau Dari Tingkat Pendidikan
duniapsikologi.dagdigdug.com
336. Perbedaan Kecenderungan Psikosomatis Antara Tipe Kepribadian Introvert Dengan
Ekstrovert Pada Mahasiswa Uii Jogjakarta Yang Sedang Mengerjakan Skripsi
337. Proses Pemulihan Pecandu Narkoba Menjadi Mantan Pecandu Narkoba
338. Strategi Mengatasi Masalah Kecemasan Pada Orang Dengan Hiv/Aids
339. Stres Pada Ibu-Ibu Yang Mempunyai Anak Retardasi Mental Ditinjau Dari Dukungan
Sosial Dan Religiusitas
340. Stres Pada Pengangguran Sarjana
341. Studi Preliminer Terhadap Hubungan Antara Kebermaknaan Hidup Dengan Kecemasan
Dalam Memasuki Dunia Kerja
342. Hubungan Adversity Quotient Dengan Kecemasan Menghadapi Masa Depan Remaja
Jalanan Yang Tinggal Di Rumah Singgah
DAFTAR PUSTAKA :
Dikutip dari berbagai sumber

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS