wibiya widget

Diberdayakan oleh Blogger.
SELAMAT DATANG DI BLOG BEMF PSIKOLOGI UMB YOGYAKARTA
RSS

Uang Saku Anak dan Mengajar Menabung


Tidak ada patokan yang pasti soal besaran uang saku. Yang jelas saat anak ditinggal di sekolah, saat itu orangtua sudah bisa mulai memberi uang saku. Biasanya setelah masuk SD karena tidak ditunggui lagi. Untuk anak SD, uang saku diberikan tidak dalam jumlah besar dan secara harian. Kalau sudah menginjak SMP, kita beri pelatihan mengelola keuangan yang agak besar, yaitu dengan memberi uang saku secara mingguan. Sesudah SMA da kuliah barulah kita mempercayakan ia mengelola uang saku bulanan.

Tentu si anak tidak langsung mampu mengelola keuangannya dengan baik. Bisa si anak SMP, tiga hari saja uang sakunya sudah ludes. Atau baru tiga minggu, si anak SMA sudah melapor lagi meminta bantuan. Tidak masalah. Anak-anak kita harus terus belajar. Lebih baik sekarang dia gagal mengelola uangnya, daripada nanti ketika kuliah di tempat jauh (kota lain, luar negeri) atau bekerja, dia tidak bisa mengelola keuangannya.

Mengajar Anak Menabung

Menabung tidak sama dengan menimbun. Menabung adalah menyimpan sejumlah uang tertentu, bisa setiap hari, bisa setiap minggu, bisa setiap bulan; untuk keperluan masa depan. Misalkan untuk kontrak rumah atau pengeluaran lain yang tidak bisa dibayar dari penghasilan bulanan. Misalnya kita perlu Rp 6 juta per tahun untuk kontrak rumah, maka kita harus menabung Rp 500 ribu per bulan. Dengan menabung kita bisa membeli barang yang lebih mahal, yang tidak terjangkau dengan gaji bulanan kita.

Dengan menabung, selain kita bisa membeli barang yang lebih mahal, kita juga bisa menolong orang lain. Tujuan menabung bukannya supaya kita punya banyak uang. Itu namanya menimbun. Menabung adalah kita memang mau menggunakan uang itu untuk membeli suatu barang, tetapi masih tertunda. Tabungan itu pasti akan dikeluarkan suatu saat. Berbeda dengan menimbun. Tuhan mengecam orang yang menganggap kekayaan yang ditimbun itu bisa memelihara hidupnya. Kita harus banyak belajar jangan sampai kita menimbun, sepertinya Tuhan tidak bisa memelihara kita.

Waktu awal krisis moneter kami belanja di supermarket. Kami bertemu teman membawa troli penuh barang. Dia bilang, ”Kamu gimana, sih, timbun dong. Kalau nggak, besok harga naik lho.”

Saya jawab, nggak ada duit untuk beli barang sebanyak itu. Tapi sekalipun ada, saya tidak akan timbun barang. Saya percaya, dalam setiap situasi sulit yang Tuhan percayakan, Tuhan punya rencana. Saya belajar memberi kesempatan untuk orang lain. Coba, gara-gara kamu timbun, orang lain tidak mendapatkannya.

Ini juga bisa kita terapkan dalam mendidik anak sehari-hari. Contohnya anak kami tahu, kalau lemari sudah penuh itu artinya dia harus berbagi. Kami tidak akan beli lemari baru. Untuk itu pun ada yang harus diperhatikan. Saya bilang anak-anak, ”Kalau membagi harus yang layak pakai, jangan sampai ada yang kancingnya copot atau jahitannya lepas. Apa nanti dia harus beli kancing dan benang lagi? Dia tidak punya uang. Jadi kasi yang bisa langsung dipakai.”

Setelah dikumpulkan, jumlahnya satu kantong plastik. ”Ma, kasi siapa?”

Doakan supaya orang yang dikasi jangan sampai tersinggung. Kami pernah menawarkan baju bekas-pakai kepada seseorang, dia menolak. Ada juga orang yang tidak mau memakai yang bekas. Jadi kita tanya dengan baik-baik, kita doakan, pasti akhirnya lebih gampang memberikan kepada orang lain yang membutuhkan lebih banyak.

Jangan pernah mau menimbun barang apapun seolah kita tidak percaya Tuhan bisa memelihara kita. Walaupun barang itu dari uang tabungan, ada perasaan mahal atau sayang kalau dikasi ke orang. Tujuan kita adalah mengajarkan anak sejak kecil untuk berbagi.

Dalam Kitab suci ada satu kisah tentang penimbun yang kaya. Dia membangun lumbung besar untuk menyimpan kekayaannya, lalu dia bersenang-senang. Ini sangat menyedihkan. Allah menyebutnya sebagai bodoh. Mengapa bodoh? Karena dia lebih percaya uang dari Allahnya. Dia meninggal sebelum sempat membelanjakan uangnya. Betapa sia-sianya!

Mengajari Anak Menabung

Bagaimana mengajar anak menabung?

a. Ajari dia menabung di awal

Beri dia uang saku, jangan pas-pasan, lebihkan sedikit dari perkiraan kita. Misalnya uang sakunya Rp 200.000. Berikan dia Rp 225.000. Kita tantang dia agar menyimpan sisanya lantas membeli sesuatu dari tabungannya. Misalkan majalah, buku, pulsa, fotocopy, dan lain-lainnya. Mereka juga bisa pakai tabungannya untuk aksi sosial, uang duka, dan sebagainya. Jika tetap ludes tidak bersisa, jangan langsung kurangi uang sakunya. Kita ajar lagi, tantang untuk menabung, coba lagi.

Pernah terjadi, anak kedua saya berhasil menabung sebulan. Bulan berikutnya saya kasi mingguan, terus harian. Itulah variasinya, yang penting dia belajar menghargai uang, tidak menghabiskannya begitu saja.

b. Minta dia tabung sisanya

Misalnya jika uang sakunya sehari Rp 5000, jangan beri lembaran 5000-an. Pecah uangnya menjadi 4×1000-an dan 2×500-an. Tantang dia untuk tabung yang 500-nya. Sediakan celengan untuk itu, usahakan yang transparan. Jadi, dia akan melihat uangnya makin banyak. Dia akan termotivasi membuat celengannya cepat penuh. Ceritakan padanya, nanti di akhir bulan dia akan punya uang sejumlah sekian. Dengan demikian, anak terbiasa menabung di awal dan kalau dikemudian hari dia gajian dia juga terbiasa menyisihkan gajinya untuk ditabung.

b. Biasakan menabung koin

Banyak orangtua sering meninggal-kan koin kembalian di meja restauran. Itu bisa jadi contoh jelek bagi si anak yang melihat. Dia akan menilai, ”Ah, uang segini sih gak ada artinya.” Kelak dia akan meremehkan nilai uang tertentu, padahal kalau koin dikumpulkan, suatu saat jumlahnya akan besar. Jadi kita berikan kepada mereka koin-koin itu untuk ditabung, kita tunjukkan suatu saat buktinya.

Salam Konseling

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

mengenal Stres pada Anak


Stress merupakan suatu kondisi yang tidak enak / seimbang akibat adanya suatu rangsangan dari luar dirinya, maka individu akan segera berusaha mengatasinya untuk mencapai keadaan seimbang. Bila gagal mengatasinya maka individu mengalami penderitaan. Dalam kehidupan perlu ada stress agar individu dapat belajar sejak dini bagaimana mengatasinya supaya dapat hidup terus. Sumber stress adalah frustasi (kekecewaan), konflik, tekanan atau krisis.

Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak balita bisa stress yang bila tidak diatasi dengan baik akan berdampak pada perkembangan selanjutnya. Masa balita ini merupakan masa emas, terutama 3 tahun pertama karena pada masa ini terjadi perkembangan synoptogenesis (pembentukan hubungan antar sel otak) yang optimal, sehingga perlu diberi rangsangan yang adekuat untuk tumbuh kembang anak.

Manifestasi Stress pada Anak

v Anak Balita

  • Rewel, ketakutan, ingin melekat pada ibu
  • Terlambat bicara
  • Problem makan
  • Problem tingkah laku: temper tantrum, sadistik, sikap menentang dan keras kepala
  • Enuresis (ngompol)
  • Enkoporesis
  • Dll

v Anak 6 – 12 th

  • Tidak mau sekolah
  • Kesulitan belajar: tidak bisa konsentrasi
  • Kurang kemauan / insiatif, ketakutan
  • Bohong, mencuri
  • Hyperaktif
  • Dll


Ikatan Ibu – Anak

Bayi sejak lahir bergantung sepenuhnya dengan ibunya untuk memenuhi kebutuhan baik fisik maupun psikis, secara bertahap anak dapat menguasai kemampuan sosial, kemampuan untuk mandiri dan berkembang menjadi individu yang matang kepribadiannya. Kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi ibu / pengganti ibu adalah:

v Fisik – Biologis: Nutrisi, imunisasi, kebersihan badan dan lingkungan, olahraga dan bermain

v Psikis yaitu kasih sayang: menciptakan rasa aman, nyaman, dilindungi, diperhatikan, dibantu, didorong, dihargai, penuh kegembiraan, koreksi

v Stimulasi: sensorik, motorik, emosi – sosial, bicara, kognitif, mandiri, kreatifitas, moral.

Dalam ikatan ibu-anak diharapkan ibu atau pengganti ibu harus peka atau responsif akan kebutuhan dan tuntutan perkembangan anaknya, sehingga anak akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang mampu mengembangkan kecerdasan yang dimiliki kemudian hari seperti kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial, kecerdasan moral dan kecerdasan spiritual. Bila ibu atau pengganti ibu kurang peka, maka anak akan mengalami stress-stress yang kurang disadari oleh ibu, sehingga akan berdampak pada perkembangan emosional dan intelektual di kemudian hari.

Penanganan Stress Pada Anak

Stress pada anak terutama balita sering tidak dikenal oleh orangtuanya, seperti sakit-sakitan, cengeng/rewel atau dicap anak nakal/bandel bila tingkah lakunya tidak sesuai dengan norma atau aturan. Maka perlu pengenalan stress pada anak sejak dini, sehingga dapat ditangani, karena bila diatasi secara benar akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak selanjutnya.

Prinsip Penanganan

1. Memperhatikan faktor anak, lingkungan terutama orang tua yaitu ibu dan interaksi antara ibu-anak, sehingga perlu dilakukan pendekatan biopsikososial. Bila kondisi jiwa tergolong berat, perlu diberi obat atau suplemen tertentu sesuai resep dokter untuk mengendalikan perilaku dan emosi anak.

2. Mencari akar permasalahan suatu gejala stress, misalnya anak malas belajar, orang tua hanya melihat malasnya, padahal malasnya disebabkan oleh kondisi depresi akibat tuntutan orang tua yang menginginkan anaknya mendapat ranking.

3. Penanganan cepat dan tepat sejak dini.

4. Tiap anak akan berbeda pendekatannya karena anak adalah manusia yang unik, maka pendekatannya juga unik.


Sikap Orang Tua

1. Harus mampu memberi kasih sayang, karena anak membutuhkannya, sehingga tercipta suasana lingkungan yang aman dan damai.

2. Peka dan responsif akan kebutuhan anak.

3. Bersikap hangat , tegas dan respek terhadap anak.

4. Mampu berempati.

5. Terima anak apa adanya.

6. Memberi kesempatan pada anak untuk mengungkapkan perasaannya.

7. Memberi dorongan pada anak untuk melakukan sesuatu dan beri pujian atau penghargaan.

8. Melatih anak mandiri.

9. Melatih nilai etika-moral sejak dini.

10. Memberi contoh pada sikap / perbuatan.

11. Sikap ibu dan ayah harus sejalan.

12. Merangsang anak sesuai kemampuan dan tahap perkembangan jiwa anak dalam suasana yang menyenangkan seperti bermain sambil belajar.

Kesimpulan

Stress pada anak perlu dikenal sejak dini, sehingga dapat diatasi dengan tepat. Hal tersebut akan mempengaruhi tumbuh kembang anak selanjutnya, sehingga akan menjadi anak yang sehat, cerdas, mandiri dan ceria serta anak siap menghadapi tantangan pada usia dewasa nantinya.

Bahan Pembelajaran Konseling Peduli Konseling Nusantara LK3

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bimbingan dan Konseling


A. Sekilas Sejarah Bimbingan dan konseling

Bimbingan dan Konseling berasal dari Amerika Serikat. Bimbingan dan Konseling mulai berkembang di Indonesia pada tahun 60-an yang mana memfokuskan pada anak didik. Anak-anak memiliki potensi yang baik dan harus dikembangkan agar dapat berguna bagi dirinya maupun masyarakat.

Sejalan dengan aliran humanistik yang menganggap manusia itu sebagai makhluk yang mampu menyelesaikan masalah yang ada. Aliran humanistik yang sesuai diterapkan di Indonesia yaitu aliran humanistik-religius dimana manusia menghargai kemampuannya untuk menyelesaikan masalah akan tetapi tidak lupa dengan kekuasaan Allah SWT.

Di sekolah dasar mulai digalakkan bimbingan dan konseling pada tahun 1975 yang betujuan untuk mengoptimalkan perkembangan anak.

B. Konseling dalam Aspek-aspek Kehidupan

Setiap hari kita tidak terlepas dari bantuan orang lain dimana ada interaksi maka disitu terdapat bantuan artinya pelaksanaan hubungan konseling tidak hanya terjadi di lab bimbingan dan konseling atau di sekolah saja.

Beberapa profesi yang kita ketahui yang melakukan hubungan menbantu antara lain adalah:

1.Dunia Kedokteran/ kesehatan

Kesehatan erat kaitannya dengan dokter, suster, perawat,pasien dan lannya. Aitannya dengan bimbingan dan konseling daimana pasien menyampaikan keluhan yang dialami dan dokter memberikan solusi. Solusi ini melalui sejumlah proses yang dikembangkan hingga pemberian resep, obat, dan saran-saran selama menjalani perawatan. Doter yang bersahabat dengan pasien dapat mempercepat kesembuhan pasien akan berbeda hasilnya jika dokter tidak dekat dengan pasien. Mesikpun demikian dokter bukanlah penyembuh penyakit melaikan hanya perantara dari Allah SWT.

2.Perusahaan dan Industri

Perusahaan dan industri berarti ada pimpinan dan karyawan. Agar tidak terjadi kesewenang-wenangan maka harus terjadi hubungan yang baik antara pemimpin dan karyawan. Karyawan yang kreatif didukung oleh peruhasaan akan menghasilkan hasil yang memuaskan. Pimpinan menghargai, perhatian dan memotivasi karyawannya menimbulkan keterbukaan, kejujuran, semangat dan kreatifitas tinggi.

Akan berbeda ceritanya jika seorang peminpin semena-mena terhadap karyawan. Pemimpin memutus hubungan kerja (PHK) dengan tanpa musyawarah terlebih dahulu. Karyawan bekerja dengan penuh tekanan sehingga banyak terjadi demonstrasi disana-sini. Komunikasi konseling yang dikembangkan dalam perusahaan dengan melihat keinginan karyawan, tekanan perasaan, motif dan sebagainya.

3. Bidang Pendidikan

Bimbingan dan konseling disekolah membantu peserta didik mengembangkan aspek-aspek seperti intelektual, moral, sosial, kognitif dan emosional menjadi optimal, harmonis dan wajar.

C. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Di sekolah sekolah belum banyak dipahami tentang penertian BK oleh guru maupun kepala sekolah. Terdapat bukti yang mendukung antara lain:

1. Masalah Profesi Konselor

2. SK Pengangkatan

3. Masalah sikap terhadap BK

Rochman Natawijaya melihat bahwa sering terjadi kesalahan pengertian terhadap bimbingan dan konseling baik di kalangan guru maupun masyarakat umum. Kesalahan-kesalahannya diantaranya yaitu:

(1) Bimbingan identik dengan pendidikan

Bimbingan adalah bagian dari pendidikan dapat dikatakan bahwa bimbingan dan pendidikan adalah alat pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yakni kedewasaan.

(2) Bimbingan dan konseling adalah cara untuk membantu murid-murid yang salah-suai (malajustment)

(3) Bimbingan dan konseling berarti bimbingan pekerja atau karier

(4) Bimbingan menghendaki kepatuhan dalam perilaku

(5) Bimbingan adalah tugas para ahli

Jika pengertian-pengertian yang salah tentang bimbingan dan konseling serta adanya sikap sikap yang kaku dan kurang menghargai terhadap layanan bimbingan dan konseling di sekolah terus berkembang, terjadilah penyelewengan tujuan BK dan dapat mengakibatkan hal-hal negatif sebagai berikut.

a. Mengecilkan peranan BK di sekolah

b. Kebanyakan beranggapan jika pendidikan dijalankan dengan baik maka tidak perlu adanya bimbingan dan konseling

c. Terdapat anggapan bahwa guru-guru dapat menjadi konselor tanpa pendidikan khusus

1. Pengertian Bimbingan

Pada mulanya bimbingan sebagai usaha membantu pemuda memperoleh pekerjaan. Arthur J Jhones (1970) mengartikan bimbingan sebagai “ The help given by one person to another in making choises and adjustment and in solving problem menurut Arthur bimbingan sangatlah sederhana terdapat pembimbing dan yang dibimbing. Pembimbing harus mampu membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan diri, dan membuat pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya. Arthhur mendefinisikannya sebagai berikut:

(1) Bimbingan diberikansemua orang yang membutuhkannya

(2) Disesuaikan dengan nilai agama, moral, dan peraturan yang berlaku.

(3) Dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri dan lingkungannya.

Frank W. Miller dalam bukunya Guidance Principle and Services (1968) mengemukakan sebagai berikut (terjemahan)

“ Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.”

Dari definisi beberapa pengertian dapat disimpulkan:

1. Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang membutuhkannnya.

2. Bimbingan diberikan agar dapat memahami dirinya, mengarahkan diri dan kemudian merealisasikannya dalam kehidupan nyata.

3. Tercapainya penyesuaian diri yang baik terhadap dirinya, lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Berbeda dengan Miller, maka Peters dan Shertzer (1974) mengemukakan bimbingan sebagai berikut

“ Guidance, as used here and throughout this book is defied simply as the process of helping the individual to understand him self and his world so that he can utilize his potentialities.”

Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa bimbingan meupakan proses bantuan terhadap individu agar ia memahami dirinya dan dunianya, sehingga dengan demikian ia dapat memanfaatkan potensi-potensinya.

Pengertian-pengertian bimbingan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan karakteristik bimbingan adalah:

(1) Bimbingan merupakan upaya yang bersifat preventif

(2) Bimbingan dapat diberikan secara indifidual maupun kelompok

(3) Bimbingan dapat dilakukan oleh para guru, pemimpin, ketua-ketua organisasi dan sebagainya.

Khusus untuk bimbingan kelompok, mempunyai teknik sebagai berikut.

(1) Teknik diskusi

(2) Dinamika Kelompok

(3) Ceramah

(4) Program Home room

(5) Sosio drama

(6) Psikodrama

(7) Karya wisata

(8) Metode Tugas.

2. Pengertian Konseling

Awal mulanya konseling merupakan pemberian nasehat, kemudian muncul English dan English pada tahun 1958 mengemukakan arti konseling adalah:

“ Suatu hubungan antara seseorang dengan seorang yang lain dimana seseorang berusaha keras untuk membantu orang lain agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam rangka penyesuaian dirinya.”

Pada tahun 1955 tiga tahun sebelum English, Glen E. Smith mendefinisikan konseling yakni:

“ suatu proses dimana konselor membantu konseli (klien) agar ia dapat memahami dan menafsirkan fakta-fakta yang bethubungan dengan pemilihan dan penyesuaian diri sesuai dengan kebutuhan individu.”

Milton E. Hahn mengatakan bahwa konseling adalah suatu proses yang terjadi ddalam hubungan seorang dengan seorang yaitu individu yang mengalmi masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas profesional yang telah memperoleh pelatihan dan pengalaman untuk membantu agar klien mampu memecahkan kesulitannya.

Menurut analisa Shertzer dan Stone (1980) definisi-definisi konseling pada umumnya bernuansa kognitif, afektif, dan behaviorial.Definisi konseling yang antisipatif sesuai tantangan pembangunan adalah

“ konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut berekmbang potensinya secara optimal, mampu mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.”

Karakteristik konseling untuk pembangunan adalah

(1) Konseleor selalu berusaha melihat potensi individu

(2) Mendorong klien mengungkapkan masalahnya

(3) Menggunakan kertampilan yang dimiliki untuk menciptakan suasana yang kondusif

(4) Memberi kesempatan atas alternatif pilihan yang sesuai dengan situasi dirinya

(5) Menciptakan kegairahan dan kesenangan

(6) Konselor dituntut dapat membaca bahasa tubuh klien.

Untuk mencapai tujuan knseling, seorang konselor harus mampu

(1) Menangkap pesan utama klien

(2) Utamakan tujuan klien-tujuan konseling

Scara umum tujuan konseling haruslah mencapai :

(1) Effective daily living, klien dapaty menjalani kehidupan sehari-hari

(2) Relationship with other, klien dapat menciptakan hubungan harmmonis dengan orang lain

Para pakar konseling mengemukakan tujuan klien di dalam konseling

(1) Maslow (1971), Rogers (1961), self –actualization / tercapai aktualisasi diri

(2) Schultz (1967) Mosher & Sprithall (1971) personal growth and personal development / pertumbuhan dan perkembangan klien

(3) Berne (1964), Haris (1967) okaynes terjadinya harmoniisasi dalam hubungan dengan seseorang

(4) Konseling islami

(5) Carkhuff (1969), Gordon (1967) effectiveness bekerja dalam kehidupannya lebih efektif

(6) Pengembangan kemampuan klien utuk mengatasi masalahnya

D. Upaya Melibatkan Klien

Syarat Konselor agar klien mau terbuka

(1) Kepribadian konselor

- Empati

- Jujur

- Memehami keadaan klien

- Menghargai martabat klien

- Menerima klien walau dalam keadaan bagaimanapun

- Tidak membanding-bandingkan klien

- Mengetahui keterbatasan diri

- Pemahaman keasaan sosial budaya dan ekonomi klien

(2) Ilmu dan wawasan.

(3) Penguasaan ketrampilan konseling

E. Konseling Pengembangan dan Islam

Prinsip konseling sebagai proses membantu agar individu dapat berkembang

(1) Memberikan kabar gembira dan kebahagiaan hidup

(2) Melihat klien sebagai subjek dan hamba Allah

(3) Menghargai klien tanpa syarat

(4) Dialog islami yang menyentuh

(5) Keteladanan pribadi konselor

F. Orientasi Baru Bimbingan dan Konseling

Orientasi bimbingan dan konseling di sekolah selama ini bersifat klinis, artinya memperhatikan para siswa yang bermasalah dan mengabaikan yang tidak bermasalah. Beberapa kondisi yang menunjang sifat klinis tersebut:

(1) Mengutamakan siswa yang bermasalah yang jumlahnya sangat sedikit

(2) Bimbingan dan konseling di sekolah laksana kantor polisi untuk mengawasi,menangkap dan menghukum siswa yang menyimpang dari peraturan

(3) BK seperti keranjang sampah

(4) Guru nampak pasif

(5) Kurang profesional

(6) BK sebagai tempat guru yang kekurangan jam mengajar

(7) Masih banyak yang menganggap BK dapat dilakukan oleh siapa saja

Perlu adanya orientasi baru dalam Bimbingan dan Konseling antara lain :

(1) Pedagogis, menciptakan kondisi sekolah yang kondusif

(2) Potensial, setiap siswa memiliki potensi untuk dikembangkan

(3) Humanistik-religius dengan landasan ketuhanan

(4) Profesional atas dasar filosofis, teoritis dan ketrampilan teknik

1. Peranan Guru dan Kepala sekolah

Pasal 27 PP No 29 Tahun 1990 “ Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.”

Peranan kepala sekolah adalah mengkoordinir keberhasilan bimbingan dan konseling disamping kegiatan administrasi dan kurikukum (akademik). Sedangan guru sebagai pembimbig yang ,elakukan pendekatan dengan siswa.

2. Bimbingan Pengembangan Potensi Siswa

a. Program pengembangan siswa unggul akademik

- Seleksi kemampuan akademik siswa

- Menentukan kurikulum khusus

- Memilih guru-guru berkualitas

- Menyediakan sarana penunjang

- Menyiapkan program bimbingandan konseling bagi keberhasilan belajar

b. Program pengembangan siswa unggul kreativitas

Bertujuan:

- Menemukan dan melatih siswa berbakat

- Menyiapkan siswa untuk pasar kerja

Tahapannya antara lain:

(1) Seleksi minat, bakat, dan kreativitas siswa

(2) Menyusun program ketrampilan

(3) Menyediakan sarana

(4) Menggalang kerjasama dengan Depnaker dan pihak lain

(5) Menyiapkan BK untuk membantu keberhasilan mereka

c. Bimbingan siswa bermasalah

Pemilihan kasus, atau memilah-milah antara lain dengan:

(1) Kasus ringan, seperti membolos

Dapat diatasi oleh wali kelas

(2) Kasus sedang, seperti gangguan emosional

Diatasi oleh guru pembimbing dengan bantuan kepala sekolah

(3) Kasus berat seperti pecandu,pemabok dan lainsebagainya.

Diatasi dengan bantuan psikologi, polisi dan ahli hukum.

G. Jenis-jenis layanan Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan kurikulum SMU 1994 kegiatan BK terdiri dari:

1. Layanan Orientasi

Merupakan layanan bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dengan bantuan semua guru dan wali kelas, kegiatannya berupa layanan informasi.

2. Layanan Indormasi

Menurut kurikulum SMU 1994 yang dimaksud dengan layanan informasi adalah “ layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak lain yang dapat memberi pengaruh besar kepada siswa (terutama orang tua) menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan.”

Layanan informasi meliputi:

a. Informasi pendidikan

b. Informasi pekerjaan/jabatan

c. Informasi sosial budaya

d. Informasi diri siswa

3. Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran

Dilakukan oleh guru dengan bimbingan kepala sekolah dan dapat melibatkan psikolog

4. Layanan bimbingan belajar

Mengembangkan siswa atas sikap dan kebiasaan belajar yang baik.

5. Layanan konseling indifidual

6. Layanan bimbingan kelompok.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kedudukan Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Berbicara tentang pendidikan nasional atau sekolah di negara ini, yang sering menjadi sorotan adalah masalah nilai atau kemampuan kognitif siswa, bangunan sekolah, dan kesejahteraan guru. Jarang sekali isu kepribadian siswa diungkit, apalagi peran guru Bimbingan dan Konseling atau konselor sekolah dalam pembentukan pribadi siswa.

Bimbingan Konseling seolah menjadi topik yang tidak seksi untuk dibicarakan. Padahal, kalau merujuk ke negara yang pendidikannya maju, seperti Amerika Serikat, Singapura, bahkan Malaysia, peran guru BK sangat diperhatikan. Beberapa minggu yang lalu seorang teman di Malaysia bercerita betapa berkembanganya ilmu BK di negeri itu. Lalu, kenapa di Indonesia isu tentang BK menjadi isu nomor 2, kalaupun diangkat, bukan menjadi isu nasional tetapi daerah. Gerakan yang terlihat malah dari daerah, bahkan dari sekolah-sekolah.

Isu BK yang tidak seksi ini mengakibatkan sekolah-sekolah tidak memiliki paradigma yang tunggal terhadap BK. Di bawah ini saya mencoba membangi sekolah ke dalam 5 kelompok, berkaitan dengan BK: Pertama, sekolah yang sadar betul pentingnya BK untuk membangun karakter siswa. Kesadaran ini mendorong sekolah ini menata sistem ke BK-an menjadi salah satu elemen penting sekolah. Untuk membangun sistim ke BK-an ini mereka melakukan studi banding, membangun fasilitas BK, memberikan waktu masuk kelas untuk guru BK, melibatkan tenaga BK dalam seluruh prose perkembangan siswa, menempatkan BK sebagai rekan guru bukan hanya sebagai pelengkap, mengirim guru-guru BK mengikuti seminar.

Kedua, sekolah yang sadar akan kedudukan BK dalam pembentukan pribadi siswa, tetapi tidak didukung oleh materi, tenaga dan yayasan (swasta) atau pemerintah (negeri). Keberadaan BK di sekolah ini antara ada dan tiada, hidup segan mati tak mau. Di sekolah kategori ini semua konsep ke BK-an hanya tinggal dalam angan-angan. Untuk membangun manajemen BK di sekolah ini butuh tenaga ekstra. Pendekatan yang dilakukanpun harus bervariasi. Ada pendekatan pragmatis, ada pendekatan structural.

Ketiga, Sekolah yang masih menerapkan manajemen BK jadul. Guru BK masih dianggap sebagai polisi sekolah, hanya menangani orang yang bermasalah. Sekolah ini cenderung tidak terbuka terhadap perkembangan ilmu BK dan tidak melihat fungsi BK dalam pembentukan pribadi siswa. Guru BK masih ditempatkan sebagai pelengkap dalam proses pendidikan anak, bukan sebagai rekan tenaga pengajar. Bahkan ironisnya, yang menjadi guru BK bukan lulusan Bimbingan dan Konseling. Sekolah ini anti perubahan.

Keempat, sekolah yang belum memiliki manajemen BK. Penyembanya, bisa karena belum ada tenaga, atau tidak ada yang tahu sehingga tidak ada yang memulau, atau bisa juga karena masalah financial, atau menganggap tidak perlu. Biasanya sekolah kategori ini terdapat di kecamatan atau sekolah anak tidak mampu.

Kondisi ini menjadi tantangan bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling. Mampukan Prodi BK melihat ini menjadi peluang, menjadikan sekolah-sekolah in sebagai laboratorium bagi mahasiswa. Salah satu gagasan yang bias dicoba Prodi BK adalah membentuk satu uni formal menangani manajemen ke-BK-an di sekolah-sekolah yang belum ada BKnya. Unit formal ini bias diberi nama Unit Pendampingan Sekolah. Fungsi unit ini adalah melaklukan monitoring, training, dan pendampingan berkelanjutan sampai BK di sekolah itu terbentuk dan berfungsi dengan baik. Pembentukan unit ini akan memberi arti ganda kepada Prodi BK. Di satu sisi menjadi tempat mahasiswa berpraktek, disisi lain mengangkat citra BK. Mari kita wujudkan.

http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/11/kedudukan-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS